![]() |
BRM Kusumo Putro, SH.MH |
Radar
Pos.com. Solo - Setelah sempat ditunda-tunda,
akhirnya DPP PDIP mengeluarkan rekomendasi untuk calon walikota dan wakil
walikota Surakarta. Dan Gibran Rakabuming Raka pun berhasil menyisihkan wakil
Walikota Achmad Purnomo. Yang menarik, putra Presiden RI Joko Widodo ini akan
maju dengan Teguh Prakosa, yang sebelumnya dipasangkan dengan Achmad Purnomo.
Terpilihnya Gibran sebagai penerima rekomendaai dari DPP PDIP sebenarnya
sudah dipredikai banyak orang jauh-jauh hari. Dan tentu semua tak lepas dari
status pengusaha kuliner itu, sebagai putra presiden. Karena itulah hal
ini mematik reaksi keras dari para pendukung pasanvan Achmad Purnomo dan Teguh
Prakosa (Puguh), yang tergabung dalam relawan GARUDA (Gerakan Rakyat untuk
Daerah Surakarta). Yang memandang bahwa hal ini adalah lelucon politik.
Melalui inisiator gerakan tersebut, BRM Kusumo Putro SH MH, GARUDA menyebut
bahwa apa yang terjadi merupakan musibah dalam kehidupan demokrasi di Kota
Solo. Sebab ada kemungkinan pasangan Gibran - Teguh hanya akan melawan kotak
kosong. Mengingat tidak ada lawan yang kemungkinan akan bisa maju dalam
perhelatan pilkada 9 Desember 2020 mendatang.
|
![]() |
Deklarator Garuda |
"Saat ini calon independen sedang terbentur masalah verifikaai data.
Di mana dari 35.870 berkas dukungan yang harus diserahkan ke KPU, mereka baru
bisa mengumpulkan sekitar 28 ribuan. Karena ada sekitar 7 ribuan lebih yang
ternyata tidak valid. Padahal batas pengumpulan tinggal seminggu lagi (27/7).
Sehingga saya tidak yakin calon independen ini akan bisa lolos," jelas
Kusumo saat mengadakan jumpa pers terkait sikap GARUDA pada Minggu (19/7)
sore.
Dengan menghadapi kotak kosong pada perhelatan pilkada mendatang, tentu hal
itu akan jadi preseden buruk bagi kehidupan demokrasi di Kota Solo. Sebab hal
itu akan meningkatkan angka golput di kota asal Presiden Jokowi itu. Dan saat
itulah Kusumo menyebut sebagai kiamat demokrasi.
"Kalau rakyat tidak lagi punya pilihan. Kalau nanti akhirnya yang
dilawan cuma kotak kosong. Apa itu bukan kiamat demokrasi namanya. Karena kita
cuma disodori satu pilihan yaang belum tentu kita cocok," ujar
Kusumo.
Karena itu pula Kusumo mengingatkan agar agar para partai politik yang ada
di dewan, berani mengajukan calon. Agar terjadi kompetisi yang hangat dalam
pilkada nanti.
"Meskipun Solo ini kandang banteng, tapi tidak semua warga Solo
nyoblos PDIP. Bahkan partai ini pernah kalah dengan Demokrat. Nah, kalau
kemudian warga Solo disodori figur yang tidak sesuai dengan harapan mereka.
Tentunya bukan tidak mungkin justru kotak kosong yang akan menang.
Kalau sudah
begitu, berapa lagi biaya yang harus digelontorkan pemerintah untuk menggelar
pilkada ulang. Makanya saya harap agar partai-partai lain mau bergabung untuk
mengusung satu nama calon, dan diadu dengan pasnagan Gibran - Teguh,"
jelas tokoh pemuda Kota Solo ini.
Kusumo juga menegaskan bahwa sampai saat ini GARUDA belum menentukan sikap.
Meskipun Teguh sebelumnya adalah nama yang diusung sebagai wakil dari Achmad
Purnomo. Namun bukan berarti GARUDA otomatis akan mendukungnya.
"GARUDA adalah gabungan dari 52 elemen masyarakat yang mengusung
pasangan Purnomo dan Teguh. Kami tidak berafiliasi pada satu partai tertentu.
Dengan situasi saat ini, kami belum memutuskan akan mendukung ke mana. Saya
juga tidak punya wewenang untuk memutuskan. Karena saya bukan ketua.
Saya hanya
inisiator. Semua tergantung dari pembicaraan yang akan kita gelar dengan
seluruh anggota GARUDA. Dan bisa saja nanti ada yang mendukung Gibran, atau ada
juga yang mungkin tidak peduli," pungkas pria yang juga seorang Advokat
anggota PERADI Kota Surakarta ini.
(Team)
Bagikan